Senin, 30 Januari 2012

Kesempurnaan Manusia adalah Ketentuan Allah

Kesempurnaan Manusia
Kita adalah manusia. Manusia yang telah dinobatkan sebagai mahluk paling sempurna oleh Tuhan. Tuhan tidak akan bohong dengan informasinya. Kalau manusia sebagai mahluk sempurna berarti kita tidak perlu takut dengan apa yang dihadapi. Kesempurnaan yang dinobatkan kepada manusia bukan saja berwujud fisik, tapi juga bisa berwujud nonfisik. Kesempurnaan menurut Tuhan tentu terkadang tidak bisa disamakan dengan kesempurnaan menurut manusia. Manusia dikatakan sempurna oleh Tuhan karena ia memiliki suatu komposisi yang seimbang yang dapat menghidupkan manusia itu sendiri hingga ia ada. Menurut kita mungkin seseorang dikatakan secara fisik tidak sempurna atau cacat, itu karena kita membandingkan dengan keuniversalan wujud manusia, bukan melihat berbagai komposisi yang harmonis yang membentuk jiwa dan raganya. Misalnya seseorang yang buta, saat berjalan ia bisa merasakan bahwa di hadapannya ada sesuatu yang menghalanginya, maka ia berusaha menghindari penghalang itu, bukankah ini suatu kelebihan, kekurangannya yang kita anggap tidak bisa melihat, namun disempurnakan ia dengan perasaan yang kuat untuk mendeteksi sesuatu, sedangkan sisi ini tidak dimiliki orang pada umumnya. Bukankah ia bisa dikatakan sempurna.
Kesempurnaan bergantung pada pikiran setiap orang. Ada orang yang merasa sudah sempurna manakala suksesnya sudah diraih, ada pula yang merasa sempurna manakala segala kebutuhannya sudah diperolehnya. Kesempurnaan mestinya selaras dengan rasa berkecukupan, maka bahagialah seseorang bila sudah merasa cukup.
Oleh karena itu hidup kita ini sebenarnya sudah sempurna. Kalau ada orang yang belajar ingin mencapai kesempurnaan, bukan berarti harus mencari jauh-jauh di luar dirinya. Temukanlah kesempurnaan, kebahagiaan, kenyamanan itu dalam diri sendiri. Ingat, manusia diciptakan oleh Tuhan berikut perangkatnya. Perangkat ini ada dalam diri kita sendiri maupun dalam alam semesta. Segala sesuatu diciptakan untuk kebutuhan manusia, makanya tidak perlu ragu untuk mendapatkannya. Untuk menemukan kekurangan dalam motivasi mencapai kesempurnaan itu adalah dengan pikiran. Tuhan mengisyaratkan bahwa sesungguhnya terdapat tanda-tanda dalam alam dan diri manusia itu sendiri bagi orang yang berpikir dan yakin. Siapa pun secara universal manusia dikaruniai pikiran. Rosulullah Muhammad S.A.W. membentuk negara Madinah karena beliau selalu berpikir bagaimana menyempurnakan tatanan kehidupan yang diridhoi Tuhan, Ibnu Sina menemukan tehnik-tehnik kedokteran karena ia berpikir bagaimana cara-cara melengkapi pengobatan, Alexander Graham Bell menemukan alat komunikasi telepon karena ia berpikir bagaimana melengkapi hubungan jarak jauh yang pada masa itu dirasakan tidak praktis, dan seterusnya. Semua yang mereka pikirkan adalah untuk mencapai kelengkapan, hingga kesempurnaan dalam kehidupan umat manusia itu sendiri.
Hakikat kesempurnaan itu sebenarnya sudah diciptakan dan ada oleh Tuhan, namun tidak serta merta kesempurnaan itu dilekatkan dalam setiap manusia dengan tidak harus difahami dahulu. Coba bayangkan jika saja manusia sudah memahami akan kesempurnaan dirinya, tentu saja tidak akan ada manusia yang mau berusaha lagi, tidak ada perjuangan, tidak ada tujuan yang ingin dicapai, tidak ada perubahan, itu artinya tidak tumbuh dinamika, maka kalau manusia tidak ada dinamika lagi, lalu untuk apa alam semesta ini diciptakan, bukankah untuk dikelola manusia? yah, khusus untuk manusia bukan mahluk lain, karena mahluk lain pun diperuntukkan bagi kesempurnaan manusia itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar