Senin, 30 Januari 2012

Roh dan Jasad; roh fitrah manusia yang suci

Siapa kita?
Sebuah hadist mengatakan, barang siapa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya. Manusia sebagai refleksi perwujudan dari keberadaan Tuhan mestinya sudah tidak perlu diragukan lagi. Diri kita terbangun dari roh dan jasad, meski Tuhan telah memberi pengetahuan sedikit tentang roh, namun bukan berarti manusia tidak diberi kewenangan untuk memahami kekuatan roh itu. Jasad sebagai wadah realisasi roh sudah merupakan cukup bukti bahwa Tuhan benar-benar berperan dalam menentukan keberlangsungan hidup manusia. Bila dicabut roh itu oleh Tuhan, maka jasad itu tidak bergerak dan sama seperti materi yang lainnya. Jasad adalah perantara bagaimana roh merealisasikan kehendak-Nya, karena roh adalah fitrah yang suci, default bawaan manusia sejak lahir. Rasa sakit karena luka pada jasad tidak akan berarti bila kita mampu mengalihkannya dengan kekuatan roh. Seorang mujahid tidak akan merasa gentar dengan kematian jika ia sudah mempercayakan raganya kepada rohnya, mitos seorang samurai tidak merasa gentar untuk melakukan harakiri saat jiwanya telah menyatu dengan semangat rohnya, bahkan pasukan Nazi sekalipun disadari atau tidak telah menyerahkan keyakinan hidupnya kepada rohnya, terlepas dari kejam atau tidaknya, karena mestinya kematian bukanlah suatu hal yang menyakitkan. Keuniversalan sifat-sifat roh adalah mengakui keberadaan Tuhan, seberapapun jiwa sadar, logika, atau keegoan manusia tidak mengakui adanya Tuhan, tetap saja roh akan menolak anggapan itu, seorang ateis sekalipun, suatu saat pasti merasakan ketakutan tertentu, dan akan mengakui ada sesuatu di luar kekuasaannya. Roh menjadikan manusia bersemangat dan bahkan tak terkendali tapi sifatnya absolut tidak mengenal ruang dan waktu, kalaupun jasad dianggap sebagai tempat roh bukan berarti ia terikat pada ruang, melainkan untuk membawa dan membimbing kearah mana manusia itu semestinya menuju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar